Sudah berlangganan artikel blog ini via RSS Feed?

Jumat, 27 Februari 2009

Bagaimana Hidup Anda


Kesan pertama adalah abadi. Kesan yang bagaimanakah yang Anda tinggalkan pada orang yang Anda temui atau kenal? Dalam jangka hidup 70 tahun, kita dapat bertemu dengan ratusan ribu orang. Dari antara sekian banyak, berapa orang kah yang terkesan dengan kebaikan atau keburukan Anda?



Bagaimana Hidup Anda
Dapat Berkesan Kepada Orang Lain


Jika Anda ingin memberi kesan yang baik kepada orang lain, tentu ada caranya. Dan dalam uraian yang singkat ini, kita akan mempelajari lima cara tentang bagaimana menciptakan dampak atau kesan yang abadi kepada sesama.

1. Kepribadian yang Sebenarnya
Kepibadian yang sebenarnya adalah kepribadian yang terbuka kepada orang lain. Hidupnya bagaikan suatu kaca yang tembus pandang, tidak terselubung dengan kemunafikan.

Hal yang utama dalam memberantas kemunafikan yang menyelubungi hidup seseorang adalah introspeksi diri. Artinya, melihat kedalam diri sendiri. Seorang tokoh dari tiongkok pernah barkata : “Jika Anda menemui seorang yang baik, teladanilah dia. Jika anda menemui seorang yang jahat, selidikilah diri Anda.”

Menyelidiki atau memeriksa diri adalah langkah awal dari kehidupan yang sebenarnya. Menyadari akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri adalah ciri kepribadian yang sehat. Menerima diri sendiri sebagai mana adanya dengan segala kakurangannya dan kenyataannya adalah ciri kematangan mental seseorang.

Menyadari dan menerima kenyataan, memang sukar untuk dilakukan. Mengakui bahwa Anda adalah seorang yang tidak jujur dan curang adalah perbuatan yang menyakitkan. Oleh karenanya, tidak sedikit orang yang lari dari kenyataan dan mulai memasang topeng atau kedok dan menipu orang lain dan dirinya sendiri.

Menipu diri adalah salah satu cara untuk membela diri dan menutupi keberadaan kita yang sebenarnya. Memiliki kepribadian yang sebenarnya berarti hidup terbuka dan siap untuk diselidiki, dan Anda pasti tahu bahwa tidak terdapat kecurangan di dalamnya. Kejujuran terhadap diri sendiri dan orang lain adalah modal besar agar hidup Anda dapat berkesan kepada orang lain. Jika hidup Anda tidak mengesankan, mungkinkah karena Anda hidup dalam kemunafikan?

2. Sifat Setia
Kesetiaan adalah sifat pribadi yang tidak tergantung pada keadaan yang menyenangkan atau mengecewakan. Sifat setia dapat terjamin bila Anda dapat membuat suatu janji. Janji itu harus ditepati, entah melalui keadaan yang menyenangkan atau tidak, hujan atau tidak.

Sifat setia juga terlihat dalam melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Antusias (kegairahan) untuk bekerja tidak kunjung padam dari permulaan sampai selesai. Bekerja untuk mejalankan tugas yang dipercayakan adalah suatu kewajiban, dan harus dijalankan apapun konsekuensinya. Bukan dikerjakan waktu senang, atau muncul sekarang dan besok menghilang.

Sifat kesetiaan tidak mementingkan diri sendiri, siap dirugikan bila itu untuk kepentingan bersama. Siap mengorbankan hak, demi kepentingan orang lain. Sifat setia tetap berdiri teguh walaupun diombang-ambingkan dengan berbagai tipu daya. Ia tidak terpengaruh oleh arus perubahan sekelilingnya. Pendiriannya tetap dan selalu siap dalam mempertanggungjawabkan apa yang telah dipercayakan kepadanya.


3. Kebulatan Hati
Perbuatan seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri, akan memberi dampak kepada orang lain. Ia melihat kebutuhan orang lain dan mengulurkan tangannya untuk mennolong dengan tulus ikhlas. Pertolongan yang diberikannya tidak mempunyai maksud-maksud tertentu.

Memberi pertolongan berarti melepas ego kita dari pertolongan yang kita berikan, apapun jenis dan bentuknya. Kebulatan hati berarti tidak mengharapkan balasan atas jasanya. Pertolongan yang kita berikan bukan hutang budi yang perlu dibayar kemudian. Karena hutang uang dapat dibayar tetapi hutang budi tidak dapat dibayar lunas. Dan yang menerima pertolongan tidak diharuskan untuk mengembalikannya.

Kebulatan hati bukan pula “menanamkan modal.” Bilamana pertolongan kita ibarat penanaman modal untuk mendapatkan untung, maka pertolongan kita kehilangan nilainya.

4. Kebulatan Tekad
Sifat ini pantang menyerah; maju terus; pantang mundur. Mereka menggunakan tenaga sekuat mungkin sampai pada batas kemampuannya. Mereka berjuang sampai meraih kemenangan. Pandangan mereka tertuju kepada tujuan yang tentu. Ketika perjalanan terasa sulit, hanya mereka yang kuat tekadnya dapat melanjutkan perjuangan. Kebulatan tekad mereka terkandung dalam semangat juang mereka.

5. Mencapai Sasaran
Sasaran yang hanya dapat dicapai oleh mereka yang pandang-pandangannya tertuju hanya kepada sasaran tersebut. Pikirkan mereka tidak bercabang. Dengan tidak menghiraukan keadaan sekelilingnya, ia berusaha untuk mencapai sasaran dan tujuan hidupnya.

Tentang sifat kebulatan tekad ini, rasul paulus memberikan teladan bagi kita. Dengan penuh keyakinan ia berkata: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (1 Timotius 4:7).

Rasul Paulus sungguh telah menciptakan dampak dan kesan yang mendalam kedalam hidup banyak orang percaya dari masa ke masa. Tentu saja bahwa Paulus memiliki kelima sifat tadi sebagai panutan dari sikap dan sifat Tuhan Yesus sendiri. Ketika Yesus melewati jalan panjang kesengsaraan mataNya tertuju hanya kepada Salib. Tidak ada jalan potong kompas yang Ia lalui. Oleh karena itu hidupNya tidak hanya memberikan dampak kepada murid-muridnya ketika Ia masih di dunia tetapi juga kepada hidup manusia sepanjang masa di dunia ini.

Sejarah dunia membuktikan pengaruh dan perubahan yang terjadi dari kehidupan orang-orang yang bertemu dengan Dia. Dunia tidak pernah melihat lukisan dari Tuhan Yesus Kristus karena memang Ia tidak pernah melukis gambar. Tetapi karya-karya para pelukis termasyur, Raphael, Michelangelo dan Leonardo da Vinci mendapatkan ilham dari Tuhan Yesus. Yesus Kritus tidak pernah mengarang sebuah lagupun. Tetapi Haydn, Handel, Beethoven, Bach dan Mendelssohn mencapai puncak kesempurnaan irama/melodi lagu atau simponi ciptaan mereka untuk meyatakan keagungan Yesus itu. Filsuf Socrates mengajar selama 40 tahun, Plato 50 tahun dan Aritoteles 40 Tahun. Yesus hanya 3 tahun. Tetapi masa pengajaran 3 tahun dari Yesus jauh melampaui pengaruh dari pengajaran ketiga filsuf termuka ini. Ajaran para filsuf hanya mencapai pikiran manusia; ajaran Yesus Kristus menyentuh lubuk hati mereka. Dan mutu hidup dan arah hidup mereka berubah oleh damoak kehidupan Yesus pada mereka.

Apakah Anda sedang menciptakan kesan yang abadi terhadap hidup seseorang?.



1 komentar:

Kristina Dian Safitry mengatakan...

tul sekali. tipsnya menarik ntuk diingat sepanjang perjalanan hidup.

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 

Pengikut