Kebaktian merupakan hal yang vital dalam kehidupan orang Kristen. Kebaktian yang dilaksanakan oleh Orang Kristen adalah merupakan ibadahnya kepada Tuhan Allah yang menciptakan alam semesta dan yang menebus umat manusia. Bagi umat Kristen, Hari Minggu adalah sebagai hari untuk beribadah kepada Tuhan. Seperti yang juga dilakukan oleh Allah, Ia beristirahat pada hari ketujuh setelah penciptaan. Inilah yang merupakan dasar bagi orang Kristen untuk pergi beribadah kepada Tuhan. Konon, menurut para ahli, hari Sabbat saat ini adalah hari Sabtu. Nah, mengapa orang Kristen saat ini beribadah pada hari Minggu?
Kebaktian: Rutinitaskah atau ibadah?
Apakah hal itu tidak melanggar tradisi kejahudian, yang nota bene bahwa Yesus itu juga seorang Jahudi? Tentunya ini merupakan pertanyaan yang sering ada dalam pikiran kita masing-masing tetapi sangat jarang kita tanyakan sehingga banyak juga diantara kita yang kurang mengetahui hal ini.
Pada masa hidup Yesus, Ia juga beribadah di Sinagoge (rumah ibadah Yahudi) setiap hari Sabbat. Artinya hari untuk beribadah pada zaman Yesus adalah hari Sabtu. Itulah sebabnya saat ini juga ada umat yang beragama Kristen seperti Gereja Advent masih beribadah pada hari Sabtu. Tapi mengapa saat ini umat Kristen beribadah pada hari Minggu yang mana dalam kalender kita adalah hari pertama, dan bukan hari ketujuh. Jawaban singkatnya adalah ketika murid-murid Yesus merayakan hari kebangkitan Yesus dari kematian, yang enurut ceritanya adalah bahwa Yesus bangkit pada hari ketiga dimana Yesus dikuburkan pada hari Jumat.jadi tiga hari setelah hari jumat adalah hari Minggu. Itulah sebabnya sampai saat ini umat Kristen beribadah pada hari minggu. Tetapi hari tersebut bukanlah sama seperti hari-hari biasa tetapi juga merupakan hari kemenangan bagi umat yang percaya pada Kristus yang telah mengalahkan maut.
Tetapi yang pasti hal tersebut bukanlah menjadi masalah yang besar bagi kita. Yang menjadi masalah sat ini adalah kebaktian tersebut sendiri. Masksud saya kualitas kebaktian itu. Secara kuantitas kita umat Kristen sudah sering mengadakan kebaktian selain hari Minggu. Tentunya ini merupakan sebuah cara untuk mendewasakan iman kita masing-masing. Tetapi benarkan demikian? Ataukah hanya rutinitas semata? Boleh kita lihat dalam acara kebaktian malam di rumah-rumah jemaat/warga gereja, di sekolah, di kantoran, di perusahaan dan juga dalam sebuah keluarga baik pada malam hari ataupun siang hari. Hal itu dilakukan tentunya untuk meningkatkan iman percaya kita kepada Tuhan Yesus Kristus agar terus bertumbuh dan berkembang. Tetapi lama kelamaan tidak boleh dipungkiri bahwa hal itu adalah sebuah rutinitas (dalam arti positif). Setiap pagi atau malam semua anggota keluarga ataupun pegawai kantor mengambil tempat duduk untuk mengadakankebaktian. Dengan demikian setiap hari kita mendengar firman Tuhan yang merupakan dasar atau bekal bagi setiap orang untuk melaksanakan segala aktivitas masing-masing dengan harapan segala sesuatu yang dikerjakan tidak menjadi masalah dikemudian hari baik bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain atau tidak membuat orang lainmenjadi tersakiti. Tetapi benarkan demikian yang terjadi? Sesuaikah dengan yang kita harapkan? Inilah yang menjadi pertanyaan bagi kita semua.
Tetapi secara umum boleh dikatakan (kalau anda setuju dengan saya) kebaktian tersebut sudah merupakan krutinitas semata (dalam arti yang tidak positif ) ataupun hanya kebiasaan semata (business as usual). Seolah-olah tidak lagi merupakan ibadah kita kepada Tuhan. Sementara, kebaktian yang benar adalah bukan dilihat dari kuantitasnya tetapi dari kualitas ibadah tersebut. (tetapai saya bukan bermaksud untuk mengurangi kuantitas ibadah saudara sekalian). Maksud saya, apakah kebaktian tersebut merupakan landasan bagi kita untuk melaksanakan segala aktivitas kita? Sesuaikah dengan perbuatan kita? Agaknya hal ini sangat sulit untuk dijawab. Karena sama halnya dengan seorang anak yang setiap harinya pergi kesekolah utnuk belajar, tetapi sedikitpun tidak ada perkembangan, malah semakin merosot. Sangat disayangkan bukan? Begitu juga dengan kebaktian tersebut. Jika hal itu hanya merupakan rutinitas semata dan bukan merupakan ibadah kita kepadaTuhan, maka kita tidak akan mendapatkan perkembangan dalam iman kita tetapi malah sebaliknya. Seperti yang dikatan Yesus dalam Matius 15:9: Percuma mereka beribadah kepadaku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia. Karena kuantitas bukanlah menunjukkan kualitas imankita. Iman tidak diukur dari seberapa banyak kita mengikuti KKR, bukan seberapa banyak kita kebaktian dala satu minggu, bukan seberapa banyak kita mendengarkan khotbah, tetapi sudah sejauh mana kita mengimplementasikan firman Tuhan itu dalam kehidupankita sehari-hari. Alangkah sedihnya kalau seseorang yang sudah mengaku dewasa dalam iman tetapi tidak dewasa dalam tindakan dan perbuatan. Sangat disayangkankalau perkataan kita tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan. Utnuk itu, kembali kepada kebaktian tadi. Rutunitaskah atau ibadah kita kepada Tuhan? Sama seperti ytang dikatakan dalam Yakobus 1:26: Jikalau ada seseorang yang menganggap dirinya beribadah, tetapi ia tidak mengekang lidahnya, maka sia-sialah ibadahnya. Kalau hal itu hanya merupakan rutinitas semata maka hasilnya juga tidak akan sesuai dengan yang kita harapkan. Tetapi jika hal itu merupakan sebuah ibadah maka niscaya hal itu akan berguna dalam melaksanakan aktivitas keseharian kita.
Utnuk itu sangat penting utnuk melihat kembali kebaktian kita tersebut agar agar kita boleh mengoreksi diri kita agar kebaktiankita tersebut merupakan sebuah ibadah kepada Tuhan kita demi kemuliaan dankebesaran nama Tuhan saja. Oleha karenanya marilah kita bersama-sama mengarahkan kebaktian kita itu untuk menjadi ibadah yang sesungguhnya agar berguna bagi kehidupan kita bersama, karena ibadah yang sejati adalah ketika kita mempersembahkantubuh kita sebagai persembahan yang hidp, yang kudus dan yang berkenaan kepada Allah (Roma 12:1). Amin.
0 komentar:
Posting Komentar